16 Prasasti Peninggalan Kerajaan Majapahit (Terlengkap)

Peninggalan Kerajaan Majapahit

Prasasti Peninggalan Kerajaan Majapahit – Prasasti adalah peninggalan sejarah masyarakat zaman kerajaan, yang terbuat dari bahan yang tahan lama dan awet, ditulis dalam bahasa kuno (misalnya: Sangsekerta) dalam bentuk maklumat, piagam undang-undang dan surat keputusan.

Banyak sekali jumlah prasasti yang ditemukan dinseluruh pelosok Nusantara, diantaranya yang paling terkenal dan punya nilai legenda adalah kumpulan prasasti Peninggalan Kerajaan Majapahit, yang dulunya berpusat di Provinsi Jawa Timur, sekitar tahun 1293 sampai 1527 Masehi.

Ini karena sejarah singkat kerajaan majapahit merupakan salah satu basis Kekuasaan berbentuk kerajaan terbesar yang pernah ada di Indonesia.

Puncak kekuasaan Majapahit adalah pada masa kepemimpinan Hayam Wuruk, yang berkuasa mulai 1350 hingga 1389, sebelum akhirnya runtuh sekitar tahun 1500 Masehi.

Beberapa abat setelah keruntuhan kerajaan Majapahit, para peneliti dan ilmuwan berhasil menemukan puluhan peninggalan kerajaan Majapahit, baik berbentuk candi, arca hingga prasasti. Peninggalan prasasti yang terkenal diantaranya adalah Kurdadu, Sukamerta, Balawi, Waringin Pitu dan lain-lain.

Prasasti Peninggalan Kerajaan Majapahit hingga kini pun masih terus dicari dan digali, melalui referensi dari peninggalan yang telah ditemukan sebelumnya. Setidaknya sudah lebih 20 prasasti yang telah ditemukan dari berbagai daerah di Indonesia.

Nah, berikut ini adalah informasi lengkap mengenai peninggalan prasasti kerajaan Majapahit yang terkenal, agama, kehidupan politik kerajaan majapahit, fenomenal dan dijadikan sebagai pedoman dari peradaban zaman dulu. Simak artikel dari Rapikan.com ini hingga selesai.

Prasasti Peninggalan Kerajaan Majapahit

1. Prasasti Kudadu

Pertama adalah prasasti Kudadu, yang ditemukan di lereng gunung Butak, daerah perbatasan Kabupaten Blitar dan Malang. Ditulis menggunakan Aksara Kawi Majapahit per-tanggal 11 September 1294 Masehi. Dikenal juga dengan nama Prasasti Gunung Butak, sesuai dengan lokasi penemuannya.

Isi Prasasti Kudadu adalah cerita mengenai kisah perjalanan Raden Wijaya sebelum menjadi Raja Majapahit. Secara singkat, Prasasti Kudadu bercerita tentang pertolongan yang diberikan oleh Rama Kudadu kepada Raden Wijaya, saat dia dalam pengejaran Jayakatwang.

Sebagai imbalan dan balas jasa, saat Raden Wijaya menduduki tahta Majapahit, dia memberikan hadiah berupa tanah Sima kepada penduduk dan kepala pemerintahan desa Kudadu kala itu.

2. Prasasti Sukamerta

Prasasti Sukamerta dan Balawi Ditemukan di daerah Penanggungan Jawa Timur, yang sekaligus menjadi Prasasti kedua yang dikeluarkan Raden Wijaya semasa dia menjadi raja, dengan penetapan tahun 1218C /1296M.

Isi Prasasti Sukamerta bercerita tentang Raden Wijaya yang mempersunting empat anak gadis dari Kartanegara untuk dijadikan istri.

Empat gadis tersebut ialah Sri Paduka Parameswari Dyah Sri Tribhuwaneswari, Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamita dan Rajapadni Dyah Dewi Gayatri.

Selain mengenai pernikahan empat ‘Sri Paduka’ diatas, Prasasti Sukamerta juga bercerita tentang kisah anaknya yang bernama Jayanegara, yang berhasil menjadi Raja di Daha saat usainya masih muda.

3. Prasasti Waringin Pitu

Prasasti peminggalan kerajaan Majapahit berikutnya bernama Waringin Pitu, yang bertuliskan tahun 1447 Masehi, yang menyebutkan 14 keraton bawahan Majapahit dan seluruh anggota wangsa Girindra, dan disebut dengan gelar Bhre pada masa itu.

Isi Prasasti Waringin Pitu adalah bercerita tentang tatanan penguasa dan kepemerintahan Majapahit. 14 keraton bawahan tersebut adalah Bhre Daha, Bhre Kahuripan, Bhre Pajang, Bhre Wengker, Bhre Wirabumi, Bhre Matahun, Bhre Tumapel, Bhre Jagaraga, Bhre Tanjungpura, Bhre Kembang Jenar, Bhre Kabalan, Bhre Singhapura, Bhre Keling dan Bhre Kelinggapura.

4. Prasasti Canggu

Prasasti Canggu adalah peninggalan Majapahit yang dikeluarkan olej Raja Hayam Wuruk. Saat pertama ditemukan, awalnya terdiri dari 5 keping tembaga, namun sekarang hanya tinggal 1. Tahun yang tertulis ialah 1358 Masehi.

Isi Prasasti Canggu adalah tentang aturan di berbagai tempat penyeberangan di sekitar sungai Bengawan Solo dan Brantas, yang saat ini menjadi lokasi penyeberangan orang-orang, ternak, alat bawa dan sejenisnya.

5. Prasasti Biluluk

Prasasti peninggalan Majapahit berikutnya bernama Biluluk, yang terdapat dalam 3 versi yakni Biluluk I (1366 M), Biluluk II (1393 M), Biluluk III (1395 M) dan Biluluk IV. Sesuai dengan nama daerah tempat ditemukannya, yakni Desa Bluluk, Lamongan, Jawa Timur.

Isi Prasasti Biluluk | sampai III adalah sama, yakni menyebutkan tentang hak-hak dan wewenang yang diberikan kepada desa Bluluk dan Tanggulan. Kecuali Beluluk IV yang menyebutkan desa Papadang sebagai tambahan.

Selain itu Prasasti Biluluk juga terdapat cerita mengenai pembuatan dan produksi garam di daerah pesisir dan sumber air asin, serta bagaimana sistem perpajakannya, sehingga perlu adanya peraturan dan norma yang ketat.

6. Prasasti Karang Bogem

Bertuliskan tahun 1387 Masehi, merupakan prasasti Logam satu keping saja, yang dikeluarkan dua tahun sebelum Hayam Wuruk wafat.

Nama tokoh pengeluarnya adalah batara parameswara Pamotan Wijayarajasa dyah Kudamerta, raja dari Kedaton Wetan yang wafat pada tahun 1388 Masehi.

Isi Prasasti Karang Bogem bercerita tentang pembukaan atau peresmian dari daerah perikanan yang ada di desa Karang Bogem.

Di dalam isinya, terdapat kata Gresik, sebagai lokasi penemuan prasasti ini yakni Karang Bogem, sekarang masuk kawasan Kecamatan Bungah.

7. Prasasti Marahi Manuk

Prasasti peninggalan kerajaan Majapahit berikutnya bernama Marahi Manuk dan Parung. Prasasti ini ditemukan di wilayah Kabupaten Mojokerto, yang berisikan mengenai sengketa tanah yang terjadi kala itu.

Konon pada masa itu, terjadi persengketaan tanah antara pihak, dan akhirnya ditemukan jalan keluar dan diputuskan oleh pejabat atau hakim yang berkuasa kala itu, yang tentunya mengerti mengenai kitab-kitab dan hukum adat setempat.

8. Prasasti Katiden

Prasasti Katiden

Prasasti Katiden terbagi menjadi dua yakni Katiden I dan Katiden II. Dikeluarkan saat Majapahit dipimpin oleh Wikramawarddhana, dan bertuliskam tahun 1392 M. Sekarang peninggalan ini dikoleksi oleh Museum Nasional.

Isi Prasasti Katiden bercerita tentang pembebasan penduduk dari 11 desa di Katiden. Pembebasan pun bukan tanpa alasan, ianya karena mereka diberi tugas penting yakni menjaga sekaligus memelihara hutan Alang-alang yang berada di daerah Gunung Lejar.

Meskipun kedua prasasti ini tidak dikeluarkan secara bersamaan, atau tahunnya berbeda, namun isi dan makna yang terkandung didalamnya adalah sama, sehingga nama prasasti inipun disamakan.

9. Prasasti Alasantan

Peninggalan Kerajaan Majapahit yang berupa Prasasti selanjutnya bernama Alasantan, yang bertuliskan tahun 939 Masehi. Ini mungkin termasuk salah satu yang paling tua dari seluruh daftar diatas.

Isi Prasasti Alasantan bercerita tentang perintah dari M Sri Maharaja Rakai Halu Dyah Sindok Sri Isanawikrama, mengenai tanah yang berada di kawasan Alasantan untuk dijadikan Sima milik Rakriyan Kabayan, tepatnya pada tanggal 6 September 939 M.

10. Prasasti Kamban

Prasasti Kamban

Tidak jauh berbeda dengan makna prasasti Alasantan, isi prasasti Kamban bercerita tentang peresmian desa Kamban menjadi daerah perdikan, oleh Sri Maharaja Rake Hino Sri Isanawikrama Dyah Matanggadewa pada Maret 941 Masehi.

11. Prasasti Hara-Hara

Peninggalan Prasasti kerajaan Majapahit berikutnya bernama Hara-Hara, yang bertuliskan tanggal 12 Agustus 966 Masehi, dikeluarkan oleh Wisnuwarddhana (suami Jayawarddhana) lokasi penemuannya adalah di daerah Wurara.

Isi Prasasti Hara-Hara bercerita tentang penyerahan tanah milik Mpu Mano, yang merupakan hak miliknya secara turun-temurun yakni kepada Mpungku Susuk Pager dan Mpungku Nairanjana, untuk digunakan sebagai biaya tempat ibadah.

12. Prasasti Wurare

Prasasti Wurare

Ditemukan di daerah Wurare, bertanggalkan 21 September 1289. Tokoh Kisahnya mengenai Raja Sri Jnamasiwabajra, Raja ini punya gelar Krtanagara, setelah ditahbiskan sebagai Jina (dhyani Buddha).

Isi Prasasti Wurare adalah cerita tentang raja yang berhasil menyatukan dua daerah, yakni antara Janggala dan Panjalu, sebelum menancapkan Arca Mahaksobhya di Wurare.

13. Prasasti Maribong

Prasasti peninggalan kerajaan Majapahit berikutnya adalah Maribong. Bercerita tentang Raja Wisnuwardhana yang memberikan hak perdikan untuk desa Maribong, pada tanggal 28 Agustus tahun 1264 Masehi.

14. Prasasti Prapancasapura

Prasasti Prapancasapura

Ditemukan di daerah Jiwana, bertuliskan 1320-an Masehi dan dikeluarkan oleh Tribhuwanatunggadewi. Berisi mengenai kisah Hayam Wuruk yang sebelum diangkat menjadi raja, dia pernah dinobatkan sebagai Kummaraja Jiwana.

Setelah menjadi Raja Majapahit, Putri Hayam Wuruk yang bernama Kusumawardani pernah pula dinobatkan menjadi Raja Kumari dan berkedudukan di Kabalan.

15. Prasasti Jiwu

Peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit berupa prasasti selanjutnya bernama Jiwu, yang berangka tahun Berangka tahun 1416 Saka atau 1486 M dan dikeluarkan oleh Trailokyapuri.

Isi Prasasti Jiwu adalah pengukuhan anugerah berupa tanah-tanah di Trailokyapuri kepada seorang brahmana terkemuka bernama Sri Brahmaraja Ganggadara, yang sebelumnya telah berjasa di masa perang.

Dimana pada masa perang tersebut, Ranawijaya dengan gemilang merebut kembali Majapahit dari kekuasaan Bhre Kertabhumi dan Bhre Kertabhumi yang gugur di Kedaton.

16. Prasasti Parung

Ditemukan di kawasan Mojokerto, bertuliskan tahun 1350 Masehi. Prasasti Parung bercerita tentang pejabat-pejabat kehakiman yang seharusnya punya pertimbangan sebelum memutuskan suatu perkara di pengadilan.

Mereka harus mempelajari kitab-kitab sāstra yang berasal dari India, peraturan daerah, hukum adat, pendapat para sesepuh, kitab-kitab hukum, seperti yang selalu dilakukan oleh para hakim sejak dulu kala.

Baca juga:

Nah, itulah tadi 16 Prasasti Peninggalan Kerajaan Majapahit, sebagai Kerajaan Hindu Terbesar dan terakhir menguasai Nusantara. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

You May Also Like